Senin, 13 Agustus 2012


MENINGKATKAN INOVASI
Untuk menghadapi dinamika perubahan dan kompetisi yang sangat tajam dan ketat dan demi keberangsungan hidup organisasi itu sendiri, maka setiap orang dalam organisasi dituntut untuk dapat berfikir dan bertindak secara inovatif.
1. Memiliki visi untuk berubah
Jangan berharap suatu tim akan menjadi inovatif apabila mereka tidak mengetahui tujuan yang hendak dicapai ke depan. Inovasi harus memiliki tujuan dan seorang pemimpin harus mampu menyatakan dan mendefinisikan tujuan secara jelas sehingga setiap orang dapat memahami dan mengingatnya. Para pemimpin besar banyak meluangkan waktu untuk menggambarkan dan menjelaskan visi, tujuan dan tantangan masa depan kepada setiap orang . Mereka berusaha meyakinkan setiap orang akan peran pentingnya dalam upaya mencapai visi dan tujuan, serta dalam menghadapi berbagai tantangan. Mereka mengilhami kepada setiap orang untuk menjadi enterpreneur yang bersemangat dan menemukan cara-cara yang inovatif untuk memperoleh kesuksesan.
2. Memerangi ketakutan akan perubahan
Para pemimpin inovatif senantiasa mengobarkan semangat pentingnya perubahan. Mereka berusaha menggantikan kepuasan atas kemapanan yang ada dengan kehausan akan ambisi. Mereka akan berkata, ” Saat ini kita memang sedang melakukan hal yang baik, tetapi kita tidak boleh berhenti dan berpuas diri dengan kemenangan yang ada, kita harus melakukan hal-hal yang lebih baik lagi”. Mereka menyampaikan pula bahwa saat ini kita sedang melakukan suatu spekulasi baru yang penuh resiko, dan jika kita tidak bergerak maka akan jauh lebih berbahaya. Mereka memberikan gambaran menarik tentang segala sesuatu yang hendak diraih pada masa mendatang. Oleh karena itu, satu-satunya cara menuju ke arah sana yaitu dengan berusaha memeluk perubahan.
3. Berfikir Seperti Pemodal yang Berani Mengambil Resiko
Seorang pemodal yang berani mengambil resiko akan menggunakan pendekatan portofolio, berusaha mencari keseimbangan antara kegagalan dengan kesuksesan. Mereka senang mempertimbangkan berbagai usulan atau gagasan tetapi tetap merasa nyaman dengan berbagai pemikiran yang menggambarkan tentang kegagalan-kegagalan yang mungkin akan diterima.
4. Memiliki Suatu Rencana Usulan yang Dinamis
Anda harus memfokus pada rencana usulan yang benar-benar hebat, setiap rencana mudah dilaksanakan, sumber tersedia dengan baik, responsif dan terbuka untuk semuanya. Berikan penghargaan dan respons yang wajar kepada karyawan serta para senior harus memliki komitmen agar karyawan tetap dapat menjaga kesegarannya dalam melaksanakan setiap pekerjaan.
5. Mematahkan Aturan
Untuk mencapai inovasi yang radikal, Anda harus memiliki keberanian manantang berbagai asumsi aturan yang ada di sekitar lingkungan. Bisnis bukan seperti permainan olah raga yang selalu terikat dengan aturan dan keputusan wasit, tetapi bisnis tak ubahnya seperti seni, yang di dalamnya memiliki banyak kesempatan untuk berfikir secara lateral, sehingga mampu menciptakan cara-cara baru tentang aneka benda dan jasa yang diinginkan para pelanggan.
6. Beri Setiap Orang Dua Pekerjaan
Berikan setiap orang dua pekerjaan pokok. Mintalah kepada mereka untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari mereka secara efektif dan pada saat yang bersamaan kepada mereka diminta pula untuk menemukan cara-cara baru dalam melaksanakan pekerjaannya. Doronglah mereka untuk bertanya pada diri sendiri tentang apa sebenarnya tujuan esensial dari peran saya? Hasil dan nilai riil apa yang bisa saya berikan kepada klien saya, baik internal maupun eksternal? Apakah ada cara yang lebih baik untuk memberikan dan mencapai nilai atau tujuan tersebut? Dan jawabannya selalu mengatakan “YA”. Tetapi, kebanyakan orang tidak pernah atau jarang menanyakan hal-hal seperti itu.
7. Kolaborasi
Beberapa eksekutif perusahaan memandang kolaborasi sebagai kunci sukses dalam inovasi. Mereka menyadari bahwa tidak semua dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan pada sumber-sumber internal. Oleh karena itu, mereka melihat dunia luar dan mengajak organisasi lain sebagai mitra, sehingga bisa saling bertukar pengalaman dan keterampilan dalam team.
8. Menerima kegagalan
Pemimpin inovatif mendorong terbentuknya budaya eksperimen. Setiap orang harus dibelajarkan bahwa setiap kegagalan merupakan langkah awal dari perjalanan jauh menunju kesuksesan. Untuk menjadi orang benar-benar cerdas dan tangkas, setiap orang harus diberi kebebasan berinovasi, bereksperimen dan memperoleh kesuksesan dalam melakukan pekerjaannya, termasuk didalamnya mereka juga harus diberi kebebasan akan kemungkinan terjadinya kegagalan.
9. Membangun prototipe
Anda harus berani mencobakan suatu ide baru yang biaya dan resikonya relatif rendah ke dalam pasar (dunia nyata), kemudian lihat apa reaksi dari pelanggan dan orang-orang. Di sana sesungguhnya Anda akan lebih banyak belajar tentang dunia nyata, dibandingkan jika Anda hanya melakukan uji coba dalam laboratorium atau terfokus pada sekelompok orang saja.
10. Bersemangat
Anda harus fokus terhadap segala sesuatu yang ingin dirubah. Siap dan senantiasa bergairah dan bersemangat dalam menghadapi dan menanggulangi berbagai tantangan. Energi dan semangat yang Anda miliki akan menular dan mengilhami setiap orang. Tak ada gunanya jika Anda mengisi bus dengan penumpang yang selalu merasa asyik dengan dirinya sendiri. Anda membutuhkan dan menghendaki orang-orang dan para pendukung Anda dengan semangat yang berkobar-kobar. Anda mengharapkan setiap orang dapat meyakini bahwa upaya mencapai tujuan merupakan sesuatu yang amat penting dan bermanfaat.
Jika Anda menghendaki setiap orang dapat terinpirasi untuk menjadi inovatif, merubah cara-cara yang biasa mereka lakukan, dan untuk mencapai hasil yang luar biasa, maka Anda mutlak harus memiliki semangat yang menyala-nyala tentang apa yang Anda yakini dan Anda harus dapat mengkomunikasikannya setiap saat ketika Anda berbicara dengan orang.

Sabar dan Ikhlas

Sabar : menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencari keridhaan
Dalam Islam, sabar artinya sanggup menahan diri. Kesusahan yang diterima tidak menyebabkan perubahan perilaku.
Ikhlas itu lebih berat dari sabar. Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Dalam Islam, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa mengharapkan apapun dari yang lain.
Metriknya ikhlas: orang ikhlas itu dipuji atau dicaci hatinya sama saja. Dipuji-puji tidak merasa besar, dicaci macam apapun tidak merasa rendah.
Tips untuk ikhlas dapat dibaca di hadis tentang ikhlas yang diriwayatkan oleh Muaz bin Jabal. Tips dari Rasulullah untuk kita dapat ikhlas dapat dibaca di akhir hadis itu, yaitu sebagai berikut:
·                     kalau dalam amalanmu ada kelalaian maka tahanlah lidahmu jangan sampai memburukkan
           orang lain.
·                     Ingatlah dirimu sendiri pun penuh dengan aib, maka janganlah mengangkat diri dan menekan
            orang lain.
·                     Jangan riyak (pamer) dengan amal supaya amal itu diketahui orang.
·                     Jangan termasuk orang yang mementingkan dunia dengan melupakan Akhirat.
·                     Kamu jangan berbisik berdua ketika di sebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik.
·                     Jangan takabur pada orang lain nanti luput amalanmu dunia dan Akhirat dan
·                     jangan berkata kasar dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang takut padamu.
·                     Jangan mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan.
·                     Jangan merobekkan pribadi orang lain dengan mulutmu, kelak engkau akan dirobek-robek
            oleh anjing-anjing jahanam. Sebagaimana firman Allah yang bermaksud: ‘Di Neraka itu ada
            anjing-anjing perobek badan manusia’
·                     kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan
benci apa yang berlaku kepada orang lain apa-apa yang dibenci oleh dirimu sendiri

Minggu, 12 Agustus 2012


PEMBELAJARAN DENGAN MODEL KOOPERATIF TYPE STAD 

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Sejak ditetapkannya Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan berikutnya Permendiknas No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan(SKL), maka sekolah dari jenjang pendidikan dasar dan menengah diterapkan kerikulum baru yang dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebagai penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis kompetensi (KBK) tahun 2004. Semangat yang menjadi dasar pemberlakuan KTSP ini adalah semangat perubahan, perubahan dari suasana keterpasungan menjadi suasana yang penuh dengan kebebasan dan kreativitas. Dari segi proses pembelajaran, KTSP menghembuskan perubahan dari model pembelajaran yang berpusan pada guru (Teacher Centerd) menjadi model pembelajaran yang berpusat pada siswa ( Student Centered), perubahan dari kegiatan mengajar menjadi kegiatan membelajarkan.
Penerapan KTSP membuat guru semakin pintar dan kreatif, karena dituntut harus mampu menyusun sendiri kurikulum yang disesuaikan dan tepat bagi siswa, guru dituntut harus mampu merencanakan sendiri materi pelajarannya untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.  Hal ini berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, guru tinggal menerapkannya, sehingga nyaris tidak memberikan ruang dan tantangan bagi perkembangan ide dan kreativitas guru.
Selain perubahan-perubahan besar dan mendasar yang dihembuskan oleh KTSP, tantangan yang dicapai oleh guru tidaklah semakin ringan, melainkan semakin berat. Penerapan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan dasar dalam penyusunan KTSP membawa konsekuensi yang tidak ringan dalam implementasinya di lapangan. Hal ini berarti KTSP menuntut adanya profesionalisme yang tinggi dari seorang guru.
Pada pembelajaran matematika, KTSP menghendaki dilakukannya perubahan mendasar dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kesalan yang selama ini terjadi dalam penyelenggaraan pembelajaran matematika harus ditingkatkan. Tugas seorang guru sekarang ini bukanlah “mengajar matematika”, tetapi “membelajarkan siswa tentang matematika”. Hal ini berarti bahwa kegiatan pembelajaran harus berpusat pada siswa, bukan pada guru. Guru tidak lagi harus mendominasi kegiatan pembelajaran dengan metode ceramah sampai berbusa-busa, sementara siswa hanya duduk manis mendengarkan samapi bengong atau bahkan sampai terkantuk-kantu.
Dengan demikian proses belajar mengajar Matematika bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa. Pola interaksi seharusnya terjadi antara siswa dengan materi dan guru hanya bertindak sebagai motivator, fasilitator dan supervisor. Itulah perubahan mendasar dalam pola pembelajaran matematika yang harus diakomodir dan disikapi secara positif oleh guru matematika seiring dengan penerapan KTSP.
Namun demikian, meskipun sikap positif terhadap perubahan telah diakomodir oleh guru, bukan berarti bahwa guru akan serta merta terbatas sama sekali dari masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran di kelas sepertinya akan selalu memunculkan parmaslahan seiring dengan perkembangan pribadi didik dan seiring pula dengan perkembangan sekolah dan tuntutan masyarakat yang semakin dinamis. Terkait dengan itu tugas guru adalah merespon dan mencari pemecahan masalah yang timbul sepanjang masih dalam batas jangkauan kompetensi dan profesi demi tercapainya suasana belajar yang lebih baik dan kondusif dan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Seperti halnya yang terjadi dalam pembelajaran matematika di kelas IX B Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011, khususnya terhadap penguasaan Konsep Kesebangunan, guru dengan berbagai cara telah mengusahakan agar semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran standar juga telah dilakukan oleh guru, berbagai media pembelajaran yang ada di sekolah telah dimanfaatkan, berbagai bentuk penugasan telah diberikan pula untuk dilaksanakan oleh siswa, baik di dalam maupun di luar kelas, mulai dari tugas terstruktur dan tugas mandiri tidak terstruktur. Namun demikian, dalam berbagai kesempatan tanya jawab, ulangan harian, aktivitas dan prestasi belajar siswa sangat rendah. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa pembelajaran matematika adalah membosankan dan sulit serta siswa memperlihatkan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran, seperti kelihatan bengong, melamun, kurang bergairah, kurang memperhatikan, berbicara dengan teman ketika dijelaskan. Sementara nilai ulangan kenaikan kelas dari kelas VIII ke kelas IX  mata pelajaran matematika  di kelas IX B ini masih berada 45% yang berhasil mencapai batas KKM yaitu 75.
Melihat data aktivitas dan prestasi belajar siswa yang demikian rendah maka perlu guru harus secepatnya melakukan tindakan atau mengidentifikasi permasalahan seris dalam kegiatan pembelajaran yang harus dicari pemecahannya. Bertolak dari permasalahan tersebut maka guru dapat mendiagnosis faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut. Dapat diperoleh beberapa faktor kemungkinan penyebab, diantaranya adalah:
1.                                                         Rendahnya minat dan motivasi belajar siswa,
2.                                                         Penyampaian materi dari guru,
3.                                                         Metode yang dipakai oleh guru membuat bosan, jenuh,
4.                                                         Kesulitan pemahaman konsep dan kerjasama di antara siswa.
Dari berbagai faktor kemungkinan penyebab tersebut guru lebih condong pada faktor 1 dan 3 yaitu faktor rendahnya minat dan motivasi belajar siswa serta faktor metode yang dipakai guru monoton  diduga kuat sebagai faktor utama penyebab rendahnya aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Sukaresmi Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011pada Konsep Kesebangunan. Dugaan tersebut sangat beralasan, karena siswa kelas IX B motivasi belajar siswa masih rendah hal ini ada kemungkina adanya metode yang kurang tepat dan monoton dalam pembelajaran sehingga siswa merasa jenuh, bosan.
Sebagai langkah dan upaya pemecahan terhadap masalah yang timbul dalam pembelajaran matematika di kelas IX B Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/ 2011 tersebut maka peneliti mengambil tinadakan bahwa dalam pembelajaran pada Konsep Kesebangunan ini menggunakan ”Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions)”. Banyak ahli berpendapat bahwa metode pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Pembelajaran kooperatif juga dinilai bisa menumbuhkan sikap multikultural dan sikap penerimaan terhadap perbedaan individu, baik yang menyangkut perbedaan kecerdasan, status sosial ekonomi, gender, budaya, dan lain sebagainya. Selain itu pembelajaran kooperatif  mengajarkan ketrampilan bekerjasama atau teamwork. Pembelajaran kooperatif sangat menekankan tumbuhnya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran demi tercapainya prestasi yang optimal.
Berdasarkan pemikiran yang telah terurai maka pnelitian tindakan kelas ini dengan judul :“Penerapan  Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Matematika pada Konsep  Kesebangunan. (Penelitian Tindakan Kelas Pada Mata Pelajaran Matematika di SMP  Negeri 1 Sukaresmi Kelas IX B Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011)”.
Pada akhirnya diharapkan, melalui penerapan metode pembelajaran koopertif tipe STAD ini nantinya dapat memacu tumbuhnya semangat, saling membantu dan saling memotivasi di antara siswa, dan akhirnya juga dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar pada mata pelajaran matematika, khususnya pada konsep Kesebangunan.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan dan supaya penelitian ini lebih terarah maka perlu dirumuskan masalah pokok yang ingin dicari jawaban pemecahannya adalah sebagai berikut:
1.    Apakah dengan mengunakan metode Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan aktivitas  belajar  siswa dan prestasi belajar siswa pada konsep Kesebangunan di SMP Negeri 1 Sukaresmi kelas IX B?
2.    Bagaimana Proses meningkatkan aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa pada konsep Kesebangunan  sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Devisions)?.
3.    Seberapa besar peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa  pada konsep Kesebangunan dengan Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Taeams Achievement Divisions)?

C.  Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1.    Penggunaan Metode  Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat membantu meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa pada konsep Kesebangunan di Kelas IX B SMP Negeri 1 Sukaresmi Kabupaten Cianjur.
2.    Peningkatan proses belajar  dan aktivitas  siswa dan prestasi belajar siswa  pada konsep Kesebangunan sebelum dan sesudah menggunakan motode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).
3.    Peningkatan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa  pada konsep Kesebangunan melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Divisions).

D.  Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian tindakan kelas dengan menggunakan Metode pembelajaran kooperatif  type STAD (Student Teams Achievement Divisios) ini akan memberikan manfaat seperti di bawah ini:
1.    Bagi siswa:
a.    Menjadikan Proses Pembelajaran Matematika lebih menyenangkan dan berkesan serta tidak menjenuhkan.
b.    Melatih siswa untuk meningkatkan kerjasama, saling membantu dan saling memotivasi dalam belajar.
c.    Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam konsep Kesebangunan.
d.   Melatih  tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan masalah atau menyelesaikan soal.
e.    Membantu pemahaman konsep kesebangunan dan pemecahan masalah dalam konsep Kesebangunan.
2.    Bagi Guru:
a.    Meningkatkan kompetensi profesionalisme guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.
b.    Memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan kemampuan menulis penelitian.
c.    Meningkatkan kualitas proses  pembelajaran Matematika yang bisa diidolakan oleh siswa.
d.   Meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar.
3.    Bagi Sekolah:
a.    Hasil penelitian ini bisa menambah referensi dan khazanah kepustakaan sekolah.
b.    Memberikan masukan dalam mengembangkan kualitas pembelajaran.
c.     Meningkatkan mutu lulusan SMP Negeri 1 Sukaresmi  yang berkualitas.
d.   Penggunaan Model Pembelajaran Tipe Numbered Head Together (NHT) ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam menetapkan kebijakan KTSP.
e.    Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa.


E.  Hipotesis Tindakan
Dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Taems Achievement Divisions)  pada konsep Kesebangunan, maka aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Sukaresmi Kabupaten Cianjur menunjukan peningkatan yang signifikan.




















BAB II
LANDASAN TEORI

A.  Metode Pembelajaran Kooperatif
1.    Pengertian
Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesakan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah cooperative learning jika siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan pekerjaan seluruh kelompok. Menurut Suherman dkk (2003:260) cooperative learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.
Menurut Suherman dkk (2003:260) ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif, hal tersebut meliputi: pertama para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam "setting" kelas kooperatif, siswa lebih banyak belajar dari teman ke teman yang lain di antara sesama siswa dari pada belajar dari guru. Hasil lain penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.
Menurut Sanjaya (2007: 239-240), “Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)”.

2.    Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain (Ibrahim dkk, 2000:18) seperti berikut ini:
1)   Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.
2)   Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.
3)   Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah.
4)   Memperbaiki kehadiran.
5)   Angka putus sekolah menjadi rendah.
6)   Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar.
7)   Perilaku menggangu menjadi lebih kecil.
8)   Konflik antar pribadi berkurang.
9)   Sikap apatis berkurang.
10)    Pemahaman yang lebih mendalam
11)    Motivasi lebih besar.
12)    Hasil belajar lebih tinggi.
13)    Retensi lebih lama.

3.    Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1)   Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa yaitu guru menyampaikan semua tujuan  pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa.
2)   Menyajikan informasi yaitu guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3)   Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok besaryaitu guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membuat setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
4)   Membimbing kelompok belajar dan bekerja yaitu guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas.
5)   Evaluasi yaitu guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6)   Memberikan penghargaan yaitu guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.


B.  Metode Pembelajaran Type STAD
1.    Pengertian
Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan belajar dengan didukung oleh komponen lainnya, seperti kurikulum, fasilitas belajar mengajar. Dalam proses tersebut, terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau pendekatan untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Pembelajaran Kooperatif type STAD merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran (Rachmadinarti, 2001)
Pada Model Pembelajaran Kooperatif type STAD siswa dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan 4–5 siswa, dan setiap kelompok harus heterogen, yang berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, anggota tim menggunakan lembar kegiatan untuk menuntaskan materi pembelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran melalui tutorial, lembar kerja siswa dengan diskusi (rachmadinarti, 2001). Metode diskusi yang digunakan dalam pembelajaran Kooperatif type STAD ini dengan ceramah, tanya jawab, diskusi dan sebagainya. Yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan siswa (Permana, 2004).

2.    Langkah-langkah STAD
Menurut Slavin (2010) ada 5 langkah utama di dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran STAD, yaitu:
1)   Penyajian Kelas
Tujuannya adalah menyajikan materi berdasarkan pembelajaran yang telah disusun. Setiap pembelajaran dengan model STAD, selalu dimulai dengan penyajian kelas. Sebelum menyajikan materi, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi untuk berkooperatif dan sebagainya.
Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam persentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar member perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.
Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.
a.    Pembukaan
1)      Menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
2)      Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
3)      Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.
b.    Pengembangan
1)      Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.
2)      Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami makna bukan hapalan.
3)      Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
4)      Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.
5)      Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.
c.    Latihan Terbimbing
1)      Menugaskan semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.
2)      Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
3)      Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.
2)   Tahapan Kegiatan Belajar Kelompok
Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada setiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting dalam pembelajaran, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seperti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream.
Tim ini terdiri dari empat atau enam siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru meyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut:
1.    Mintalah anggota kelompok memindahkan meja/ bangku mereka bersama-sama dan pindah ke meja kelompok.
2.    Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
3.    Bagikan lembar kegiatan siswa.
4.    Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
5.    Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.
6.    Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.
3)   Tahapan Menguji Kinerja Individu
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual, setiap siswa berusaha untuk bertanggung jawab secara individual, melakukan yang terbaik sebagai kontribusinya kepada kelompok mengenai materi yang telah dibahas. Pada penelitian ini tes individual diadakan pada akhir pertemuan, masing-masing selama 10 menit agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja kelompok. Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitngan perolehan skor kelompok.
4)   Penskoran Peningkatan Individu
Perhitungan skor dihitung berdasarkan skor awal, dalam penelitian ini didasarkan pada nilai evaluasi hasil belajar materi sebelumnya. Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Adapun perhitungan skor pekembangan individu dikemukakan Slavin (2010) seperti terlihat pada tabel berikut:
No
Skor Test
Skor Perkembangan Individu
1
Lebih dari 10 poin dibawah skor awal
5
2
10 hingga 1 poin dibawah skor awal
10
3
Skor awal sampai 10 poin diatasnya
20
4
Lebih dari 10 poin diatas skor awal
30
5
Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal)
30

Perhitungan skor dkelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut:
1)   Kelompok dengan skor rata-rata 15, sebagai kelompok baik,
2)   Kelompok dengan skor rata-rata 20, sebagai kelompok hebat,
3)   Kelompok dengan skor rata-rata 25 sebagai kelompok super.
Tujuan memberikan skor peningkatan individu adalah memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk menunjukkan gambaran kinerja pecapaian tujuan dan hasil kerja maksimal yang telah dilakukan setiap individu untuk kelompoknya.
5)   Tahapan Mengukur Kinerja Kelompok
Setelah kegiatan penskoran peningkatan individu selesai, langkah selanjutnya adalah pemberian penghargaan kepada kelompok. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan skor peningkatan kelompok yang diperoleh. Adapun langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam proses pembelajaran model kooperatif  type STAD adalah sebagai berikut:
No
Tahap
Tingkah Laku Guru
1
Tahap pendahuluan
Guru  memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi agar siswa tertarik pada materi.
Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah direncanakan. Mensosialisasikan kepada siswa tentang model pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa mengenal dan memahaminya.
Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas.
2
Tahap Pengembangan
Guru mendemonstrsikan konsep dengan berbagai contoh soal.
Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai bahan diskusi kepada masing –masing kelompok.
Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS bersama dengan anggota kelompoknya.
Guru membantu kerja dari tiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan
3
Tahap Penerapan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya.
Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawabannya kemudian dikumpulkan untuk mecari skor




6)   Keuntungan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Kelebihan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
a.    Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
b.    Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerjasama kelompok.
c.    Dapat menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa.
d.   Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi.
e.    Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain
f.     Dapat menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah.

7)   Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Selain keunggulan model pembelajaran tipe STAD tetapi terdapat juga kelemahan atau kekurangan. Adapun Kekurangan model pembelajran tipe STAD adalah sebagai berikut:
a.    Kerja kelompok hanya melibatkan siswa yang mampu memimpin dan mengarahkan siswa yang kurang.
b.    Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini.
C.  Aktivitas Belajar
1.    Pengertian
Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa ketrampilan-ketrampilan dasr sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. Ketrampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menghitung menyimpulkan dan  mengkomunikasikan. Sedangkan ketrampilan terinegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi, menyajikan data, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah, menganalisis.
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan moderen. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa moderen, aktivitas didominasi oleh siswa.
Aktivitas belajar sebagai proses yang terdiri beberapa unsur yaitu: tujuan belajar, siswa yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, siswa yang memahami situasi, dan pola respon siswa (Sudjana, 2005:105)
Menurut Anton M. Mulyono (2001:26), Aktivitas mempunyai arti ”Kegiatan atau keaktifan”, jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupaka aktifitas. Jadi aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar.
Seorang pakar pendidikan , Trinandita (1984) menyatakan bahwa ”hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktofan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan ketrampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi siswa.
Kegiatan atau aktivitas belajar yang dapat dilakukan siswa di kelas, tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja tetapi ada beberapa macam kegiatan (aktifitas) siswa menurut Nasution, (2004:9) antara lain:
a.    Visual Activities seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan.
b.    Oral Activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi dan lain sebagainya.
c.    Listening Activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato dan lain sebagainya.
d.   Writing Activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin dan sebagainya.
e.    Drawing Activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, grafik, pola dan sebagainya.
f.       Motor Activities seperti melakukan percobaan, membuat kontrusi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya.
g.    Mental Activities seperti mengingat, menanggap, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
h.    Emotional Activities seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya.

Kegiatan-kegiatan tersebut tidak terpisah satu sama lain. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung kegiatan mental dan disertai oleh perasaan tertentu, dan sebagainya. Dalam tiap pelajaran dapat dilakukan bermacam-macam kegiatan atau aktivitas siswa sesuai dengan karakteristiknya.
2.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar
Dalam aktifitas belajar, seorang individu membutuhkan suatu dorongan atau motivasi sehingga sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, dalam hal ini beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain:
a.    Faktor Individual seperti kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
b.    Faktor Sosial seperti keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajar, alat-alat dalam belajar. (Purwanto, 2002:102)
Dalam pendapat lain, faktor lain yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar yakni:
a.    Faktor–Faktor Intern
a)    Faktor Jasmaniah seperti kesehatan, cacat tubuh dan sebagainya;
b)   Faktor Psikologis sepert Integensi, Minat, Motivasi, Perhatian, Bakat, Kematangan, kesiapan;
c)    Faktor kelelahan seperti kelelahan jasmani, rohani.
b.    Faktor–faktor ekstern
a)    Faktor Keluarga seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, metode belajar;
b)   Faktor Sekolah seperti:
·      Metode mengajar dan kurikulum
·      Hubungan guru dan siswa
·      Disiplin siswa
·      Alat pengajaran dan waktu belajar
·      Standar pelajaran dan tugas ruamah
c)    Faktor Masyarakat seperti
·                                                                     Kegiatan siswa dalam masyarakat,
·                                                                     Mass media dan tempat bergaul,
·                                                                     Bentuk kehidupan masyarakat.
Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar yang telah disebutkan maka faktor tersebut dapat memberikan suatu kejelasan tentang proses belajar yang mudah dipahami oleh siswa. Dengan demikian seorang guru harus benar-benar memahami dan memperhatikan adanya faktor tersebut pada siswa, sehingga didalam memberikan dan melaksanakan proses belajar mengajar harus memperhatikan faktor tersebut, baik dari psikologis, lingkungan atau faktor intern dan ekstern.
Terkait dengan hal yang telah disebutkan, maka Dimyanti dan Mudjiono mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Aktivitas, Motivasi belajar antara lain:
1)   Cita-cita/ aspirasi
Cita-cita merupakan satu kata tertanam dalam jiwa seorang individu. Cita-cita merupakan angan-angan yang ada di imajinasi seorang individu, dimana cita-cita tersebut dapat dicapai akan memberikan suatu kemungkinan tersendiri pada individu tersebut. Adanya cita-cita juga diiringi oleh perkembangan dan pertumbuhan kepribadian individu yang menimbulkan motivasi dan aktivitas yang besar untuk meraih cita-cita yang diinginkan.
2)   Kemampuan Siswa
Kemampuan dan kecakapan setiap individu akan memperkuat adnya motivasi dan aktivitas. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan membaca, memahami sehingga doronganyang ada pada diri individu akan tinggi.
3)   Kondisi siswa dan lingkungan
Kondisi siswa adalah kondisi jasmani dan rohani. Apabila kondisi stabil dan sehat maka aktivitas belajar dan motivasi belajr akan bertambah dan prestasinya akan meningkat, begitu juga dengan kondisi lingkungan siswa keluarga maupun masyarakat mendukung, maka aktivitas belajar dan motivasi belajar pasti ada dan meningkat.

4)   Unsur Dinamis dalam belajar
Dinamis artinya seorang individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, tempet dimana tinggal seprang individu akan memperoleh pengalaman
5)   Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Guru adalah seorang sosok yang dikagumi dan insan yang mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan. Seorang guru dituntut untuk profesional dan memiliki ketrampilan. Dalam suatu kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan tidak terlepas adanya fungsi dan kegunaan.

D.  Prestasi Belajar
1.    Definisi Prestasi Belajar
Prestasi belajar banyak diartikan sebagai hasil yang telah dicapai siswa dalam pengusaan tugas atau materi pelajaran yang diterima dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar pada umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat dibandingkan denagn satu kriteria (Prakosa, 1991).
Kemampuan seseorang dalam pencapaian berfikir tinggi mencapai prestasi belajar dan harus memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Prestasi belajar adalah hasil pencapaina maksimal menurut kemampuan siswa pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, dipahami dan dterapkan.
Prestasi belajar diartikan sebagai tingkat keterkaitan siswa dalam proses belajar mengajar sebgai hasil evaluasi yang dilakukan guru. Menurut Sutratinah Tirtonegoro (1984:4), mengemukakan bahwa: Prestasi belajar adalah penialaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu. Menurut Sunarya (1983: 51), menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang merupakan ukuran keberhasilan siswa. Untuk mengukur prestasi belajar menggunakan tes prestasi yang dimaksud sebagai alat untuk mengungkap kemampuan aktual sebagai hasil belajar atau learning. Menurut Sumardi  Suryabrata (1987 :324), Nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu. Dengan nilai raport, kita dapat mengetahui prestasi belajar siswa. Siswa yang nilai raportnya baik dikatakan prestasinya tinggi, sedangkan yang nilainya jelek dikatakan prestasi belajarnya rendah.
Berdasarkan uraian tentang prestasi belajar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan kegiatan belajar siswa dalam menguasai sejumlah mata pelajaran selama periode siswa dalam mengusai sejumlah mata pelajaran selama periode tertentu yang dinyatakan dalam nilai berbentuk rapor dan laporan lain seperti nilai.
2.    Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama proses belajarnya. Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai faktor yang berkaitan. Menurut Dimyati mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa mencakup: Faktor internal dan faktor eksternal.
1)   Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, yang terdiri dari kebutuhan atau dorongan motivasi untuk berprestasi.
2)   Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar si pelajar. Hal ini dapat berupa sarana prasana, situasi lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat.
3)   Faktor yang berasal dari si pelajar
Faktor ini meliputi motivasi, perhatian pada mata pelajaran yang berlangsung, tingkat penerimaan dan pengingatan bahan, kemampuan menerapkan apa yang dipelajari, kemampuan memproduksi dan kemampuan menggeneralisasi.
4)   Faktor yang berasal dari si pengajar
Faktor ini meliputi kemempuan membangun hubungan dengan si pelajar, kemampuan menggerakan minat pelajaran, kemampuan memberikan penjelasan, kemampuan menyebutkan pokok-pokok masalah yang diajarkan, kemampuan mengarahkan perhatian pada pelajaran yang sedang berlangsung, kemampuan memberikan tangapan terhadap reaksi. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (1990; 270) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor dari luar dan faktor dari dalam. Dari pendapat ahli ini dapt dijelaskan bahwa faktor dari luar dan faktor dari dalam sangat mempengaruhi prestasi belajar.
5)   Faktor dari luar meliputi:
a.    Lingkungan alam dan lingkungan sosial
b.    Instrumentasi yang berupa kurikulum, guru atau pengajar, sara dan fasilitas serta administrasi.
6)   Faktor dari dalam meliputi:
a.    Fisiologi yang berupa kondisi fisik dan kondisi panca indra,
b.    Psikologi yang berupa bakat, minat, keceerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif.
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, maka diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri siswa itu sendiri dan faktor dari luar diri siswa yang sedang melakukan kegiatan proses belajar.




E.  Konsep Kesebangunan
1.    Kesebangunan Bangun Datar
Dua bangun datar dikatakan sebangun jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.    Panjang sisi-sisi yang bersesuaian dari kedua bangun tersebut memiliki perbandingan senilai.
b.    Sudut-sudut yang bersesuaian dari kedua banguntersebut sama besar. Persegi ABCD dan EFGH dibawah ini:
G
 
H
 
D
 
C
 


5 cm
 
3 cm
 
F
 
E
 
B
 
B
 
A
 
Berdasarkan ukuran persegi tersebut, maka diperoleh hubungan sebagai berikut.
a.    Perbandingan sisi-sisi persegi ABCD dan EFGH
AB  =  BC  = DC  = AD  = 3
EF       FG     EG      EH     5
Jadi, sisi-sisi yang bersesuaian dari persegi ABCD dan persegi EFGH sebanding.
b.    Bangun ABCD dan EFGH adalah persegi, sehingga besar setiap sudutnya 900. Dengan demikian, sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.
ÐA =ÐB =ÐC =ÐD =ÐE =ÐF =ÐG =ÐH.
Oleh karena sisi-sisi yang bersesuaian sebanding dan sudut-sudut yang bersesuaian sama besar, maka persegi ABCD sebangun dengan EFGH.
2.    Segitiga-segitiga  yang Sebangun
Dua buah segitiga dikatakan sebangun jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.       Sudut-sudut yang besesuian sama besar ÐA =ÐE, ÐB = ÐD dan ÐC =ÐC
b.      Sisi-sisi yang bersesuaian sebanding.
AB  = AC  =  BC   = 3: 2
ED     EC       DC
3.    Segitiga-segitiga yang Kongruen
a.     Syarat Dua segitiga Kongruen (Sama dan Sebangun)
Dua buah segitiga dikatakan sama dan sebangun (kongruen) jika:
a)   Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang
b)   Sudut-sudt yang bersesuaian sama besar
F
 
C
 
A
 
Perhatikan dua segitiga berikut:

E
 
D
 

 
B
 
                                                                                                                                   
DABC kongruen dengan DDEF, sehingga
ÐA  =ÐD                                AB = DE
ÐB  =ÐE                                 BC = EF
ÐC  =ÐF                                 AC = DF

b.    Sifat-sifat Dua Segitiga Kongruen ( Sama dan Sebangun)
1)   Jika dua buah segitiga memiliki sisi bersesuaian sama panjang, maka kedua segitiga itu kongruen (sisi,sisi,,sisi).



2)   Jika dua buah segitiga memiliki dua sisi bersesuaian sama panjang dan sebuah sudut yang diapit sama besar, maka kedua segitiga itu kongruen (sisi, sudut, sisi).




3)   Jika dua buah segitiga mempunyai satu sisi yang bersesuaian sama panjang dan dua sudut bersesuaian sama besar, maka kedua segitiga itu kongruen (sudut, sisi, sudut).





BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A.  Metode Penelitian
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) sebagai upaya meningkatka aktivitas dan prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika. Penelitian ini bersifat kualitatif sehingga penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru bersama-sama dengan siswa di bawah bimbingan dan arahan guru, dengan maksud memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pemilihan metode ini berdasarkan pada tujuan penelitian tindakan kelas yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya proses pembelajaran.
Desain penelitian yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus dengan tiap siklus terdiri dari dua pertemuan dengan materi kesebangunan. Pertemuan pada siklus I dengan materi Kesebangunan Bangun Datar dan Segitiga Sebangun. Pertemuan pada siklus II Segitiga Kongruen dan Pemecahan Masalah. Desain penelitian yang akan dilaksanakan supaya penelitian terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu kepada teori PTK menurut Jhon Elliot(Muslhudin2009:72) yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun alur pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini:

 






Gambar 3.1
Model Pembelajaran Jhon Elliot


1.    Perencanaan.
a.    Merencanakan pembelajaran yang akan ditetapkan berdasarkan masalah yang akan dipecahkan dan hipotesis yang diajukan yaitu Kesebangunan dan Kongruen di kelas IX Semester Ganjil.
b.    Menentukan Kompetensi Dasar pada pelaksanaan tindakan. Siklus I mengidentifikasi  bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen serta mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun, sedangkan Kompetensi Dasar pada siklus II Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga yang kongruen, Menggunanakan konsep kesebangunan  dalam pemecahan masalah.
c.    Menyiapkan perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan ke satu dan ke dua tiap-tiap siklus. Pada silklus I materi yang dibahas Ppengertian kesebangunan, menentukan panjang sisi pada dua bangun yang sebangun, syarat-syarat dua segitiga sebangun, Siklus II materi yang dibahas Gambar dan Model Berskala, menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan kesebangunan.
d.   Menyiapkan bahan ajar yang berupa LKS, kuis dan tugas  terstruktur sesuai dengan materi yang disampaikan serta menyiapkan format evaluasi yang berupa soal tes akhir siklus dengan bentuk soal uraian.
e.    Menyiapkan lembar observasi pelaksanaan tindakan yang berisikan pertanyaan tentang kegiatan siswa, kegiatan guru dalam proses belajar mengajar untuk mengukur tingkah laku individu siswa ataupun proses kegiatan pembelajaran yang dapat diamati.
f.       Menyiapkan angket skala sikap digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Skala sikap yang dipergunakan skala sikap tertutup, artinya alternatif  jawabannya sudah disediakan dan responden hanya tinggal memilih salah satu alternatif  jawaban yang paling sesuai dengan jawabannya. Bentuk skala sikap disusun menurut skala Guttman yang dikembangkan dengan skla  setuju, dan tidak setuju. Skala sikap ini digunakan untuk mengetahui bagaimana peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa pada  pemahaman materi yang telah diajarkan setelah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
g.    Menyiapkan Jurnal siswa. Jurnal adalah pendapat siswa pada akhir pembelajaran yang telah berlangsung dalam upaya perbaiakan pada pembelajaran berikutnya. Jurnal harian yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh  mana sikap, perasaan dan respon siswa terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan setiap pertemuannya.

2.    Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan mengacu kepada rencana pembelajaran yang telah disusun berdasarkan kurikulum yang ditetapkan yaitu Kurikulum SMP Negeri 1 Sukaresmi (KTSP) dan dengan pertimbangan perkembangan pelaksanaan kurikulum dan kegiatan pembelajaran di kelas.
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti terlebih dahulu mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dua siklus yang mengacu pada Kurikulum SMP Negeri 1 Sukaresmi.
a.    Pembelajaran siklus I
Kegiatan dalam pembelajaran siklus I terdiri dari dua kali pertemuan yang meliputi:
1)   Melaksanaan pembelajaran mengacu kepada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun dan disesuaiakan dengan model pembelajaran tipe STAD.
2)   Peneliti meminta siswa untuk melakukan dan mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran tipe STAD  dari penyajian kelas, kegiatan belajar kelompok, menguji kinerja individu, penskoran peningkatan individu sampai mengukur kinerka kelompok.
3)   Pembelajaran diakhiri dengan adanya tes siklus I untuk melihat keberhasilan pola penyajian materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam upaya meningkatkan akitivitas belajar siswa dan prestasi belajar matematika khusus pada materi kesebangunan.
4)   Peneliti melakukan tindak lanjut untuk siklus II dengan cara menyusun serta memperbaiki rencana selanjutnya berdasarkan hasil tes dan refleksi pelaksanaan siklus I.
b.    Pembelajaran siklus  II
Pelaksanaan Siklus  II masih mengikuti pola penyajian sebagaimana rencana tindakan I yaitu:
1)   Membuat serta merancang pelaksanaan siklus II yang telah di sesuaikan dengan perbaikan pelaksanaan tindakan dari hasil refleksi dari siklus I .
2)   Menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II tentang gambar dan model berskala, Segitiga-segitiga Kongruen.
3)   Pembelajaran dilakukan  menggunakan model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan langkah-langkah penyajian kelas, kegiatan belajar kelompok, menguji kinerja individu, peningkatan individu, dan mengukur kinerja kelompok.
4)   Memberikan tes siklus II sebagai hasil akhir dan sebagai bahan penarikan kesimpulan apakah penggunaan model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar matematika di kelas IX B.
5)   Peneliti beserta tim observer menganalisis serta merefleksi hasil pembelajaran siklus II.
6)   Peneliti dan observer menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan hasil penelitian.

3.    Observasi
Pengamatan penelitian dibantu oleh 2 orang guru sebagai pengamat atau observer. Pelaksanaan pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu kegiatan siswa dan kegiatan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung . Pada tahap ini dilakukan tes akhir siklus untuk mengetahui sejauh mana tingkat penyerapan, pemahaman materi yang diajarkan dengan model pembelajara kooperatif tipe STAD pemberian jurnal  siswa skala sikap siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap prose  pembelajaran matematika, serta lembar kerja siswa untuk mengetahui sejauh mana tingkat kerja dalam kelompok pada materi Kesebangunan.

4.    Refleksi
Refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus tindakan, refleksi disini mencakup beberapa hal diantaranya:
a.         Mengumpulkan data hasil pengamatan yang berupa observasi terhadap kegiatan siswa dan observasi kegiatan guru pada saat proses pembelajaran.
b.    Menganalisa data hasil pengamatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.
c.    Menganalisa aktivitas siswa terhadap proses pembelajaran kooperatif tipe STAD yang bisa dilihat dari skala sikap siswa dan jurnal siswa.

B.  Subyek Dan Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sukaresmi sekolah ini beralamat Jalan Mariwati Km 8 Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur.  Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas IX B tahun pelajaran 2010/ 2011, yang berjumlah 43 orang yang terdiri dari  jumlah siswa laki-laki sebanyak 20 Orang dan jumlah siswa perempuan sebanyak 23 orang.  Peneliti memilih kelas IX B sebagai subyek penelitian  karena kelas  ini  yang  mempunyai daya serapnya rendah terlihat dari hasil  tes sebelumnya yang belum menunjukan hasil  tidak memuaskan.

C.  Waktu Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan  Kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/ 2011, tepatnya dari bulan  Juli  2010 sampai dengan Desember  2010. Waktu yang diperlukan untuk pembelajaran materi Kesebangunan adalah  12 jam, dalam  satu minggu terdiri 2 kali pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 2 x 40 menit. Setiap siklus memerlukan 2 kali pertemuan. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam  2 siklus sehingga membutuhkan waktu 6 kali pertemuan yang terbagi menjadi 4 kali pertemuan proses Siklus I dan II, dan 2 kali pertemuan test akhir siklus.
D.  Instrumen Penelitian
Untuk kelancaran dan keberhasilan penelitian maka peneliti menggunakan  instrument, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah) dan menguji hipotesis yang diperoleh melalui instrument. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan penelitian ini dan sesuai dengan karakteristik pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka digunakan instrument sebagai berikut.
a.    Tes Tertulis
Tes adalah penilaian yang komperhensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program. Bentuk instrument tes meliputi: pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja, dan portofolio.
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan seperangkat tes yang berupa soal berbentuk uraian sebanyak 3-5 soal. Adapun pemilihan soal uraian adalah ingin melihat kemampuan siswa langkah demi langkah dalam pengerjaannya. Dalam soal-soal bentuk uraian siswa diminta merumuskan, mengorganisasikan, dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian. Soal-soal bentuk uraian ini terdiri dari bentuk uraian bebas dan bentuk uraian terbatas atau berstruktur.
Tes tertulis ini dilakukan setiap akhir siklus (Tes Siklus I dan Tes Siklus II,) dan setiap siklus siswa diberi LKS. Tes ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan, kemampuan atau penguasaan materi yang telah disampaikan melalui ketuntasan belajar setiap individu dan ketuntasan belajar klasikal.
b.    Non Tes
Hasil  belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, tetapi juga dapat dinilai dengan non tes. Kelebihan dari alat non tes adalah sifatnya lebih komperhensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik. Alat-alat non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
c.    Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data tentang sikap dan kepribadian siswa dalam kegiatan belajarnya dan dilakukan dengan mengamati kegiatan dan perilaku siswa secara langsung. Observasi sebagai alat pengumpul data banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupu proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
d.   Jurnal
Jurnal adalah karangan yang dibuat siswa pada akhir pembelajaran yang telah berlangsung dalam upaya perbaiakn pada pembelajaran berikutnya. Jurnal harian yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh  mana sikap, perasaan dan respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model STAD yang diterapkan setiap pertemuannya.
e.    Skala Sikap
Skala sikap digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan. Skala sikap yang dipergunakan skala sikap tertutup, artinya alternatif jawabannya sudah disediakan dan responden hanya tinggal memilih salah satu alternatif  jawaban yang paling sesuai dengan jawabannya. Bentuk skala sikap disusun menurut skala Guttman yang dikembangkan dengan skala setuju dan tidak setuju. Skala sikap ini digunakan untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan medel pembelajaran kooperatif tipe STAD.
E.  Instrumen Penelitian
a)    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksaaan Pembelajaran (RPP) adalah satuan rencana pelaksanaan kegitan pembelajaran dalam kurun waktu tertentu yang disusun sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi pokok, metode, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, media/ alat pembelajaran, serta penilaian/ evaluasi.
RPP merupakan penjabaran lebih lanjut dari silabus dan merupakan persiapan mengajar bagi guru untuk setiap pertemuan sebagai acuan untuk melaksanakan proses pembelajaran agar dapat berjalan efektif dan efisien, dengan tujaun untuk mempermudah dan memperlancar serta meningkatkan hasil belajar.
b)   Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu sarana untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada siswa, sehingga penegtahuan siswa bertambah dan pemahaman serta keterampilan siswa meningkat.
LKS merupakan lembaran duplikat yang diberikan guru pada siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran berpaduan menuntut suru terampil mengelola proses pembelajaran secara kooperatif. LKS berfungsi untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan mengarahkan siswa dalam belajar mengajar sehingga akan mampu berdiskudi tentang materi yang sedang dipelajarinya. berlatih berpikir kritis dan objektif, dapat mengemukakan pendapatnya serta diharapkan mampu menarik kesimpulan.
LKS diberikan kepada siswa dalam kelompok untuk dikerjakan sesuai dengan petunjuk atau langkah-langkah yang harus dikerjakan atau dilaksanakan oleh siswa pada setiap akhir siklus, dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman dan kemapuan siswa tentang materi yang diajarkan. Kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran koopetatif tipe STAD yang mengguanakan LKS akan melibatkan banyak siswa secara aktif.

F.   Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dan jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Kegiatan Awal/ Orientasi dan Observasi
Pada kegiatan ini, peneliti melakukan observasi untuk mengidentifikasi permasalahan yang  menyangkut kemampuan  belajar matematika dan kompetensi dasar yang pencapaian kemampuan rendah dan dan alat  evaluasi yang akan digunakan, maka peneliti menetapkan kelas IX B adalah kelas yang kemampuan belajar matematikanya rendah dan motivasi dalam belajarnya kurang sehingga  dapat dikembangkan penelitian tindakan kelas ini.
2.    Persiapan Sebelum Tindakan
Pada tahap persiapan ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a.    Berdasarkan hasil observasi maka disusunlah suatu komponen-komponen pembelajaran yang akan digunakan diantaranya yaitu: bahan ajar, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), media, metode, cara evaluasi/ penilaian instrumen penelitian dan jumlah tindakan (siklus) yang dilakukan.
b.    Bersama guru yang bertindak sebagai observer mendiskusikan dalam menetapkan kelas yang akan digunakan sebagai kelas penelitian yaitu kelas IX B.
c.    Menetapkan fokus observasi, yaitu faktor siswa meliputi pemahaman dan respon siswa dalam pembelajaran dengan model STAD.
d.   Menetapkan cara observasi, yaitu akan menggunakan metode observasi terbuka dan akan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
e.    Menetapkan jenis data dan cara pengumpulan data yaitu jenis data kualitatif akan dikumpulkan melalui observasi dan data kuantitatif akan dikumpulkan melalui tes hasil belajar siswa yang kemudian dianalisis sebagai bahan untuk mengetahui tingkat kemampuan belajar siswa.
f.         Menetapkan alat bantu observasi kamera foto, pedoman observasi dan hasil belajar siswa.
g.        Menetapkan cara pelaksanaan refleksi, yaitu akan dilaksanakan oleh peneliti dan observer yang  akan dilakukan setiap usai pemberian tindakan dan pelaksanaan observasi untuk setiap siklusnya.

3.    Pelaksanaan Tindakan
Pada kegiatan ini dilakukan implementasi dari penyusunan komponen-komponen pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya. Hasil analisis, evaluasi, dan refleksi dari setiap pelaksanaan tindakan merupakan bahan masukan, acuan untuk  perbaikan tindakan selanjutnya. Beberapa tindakan yang secara keseluruhan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yang harus dijalani, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun tahapan pembelajaran pada setiap siklusnya adalah sebagai berikut:

a.    Perencanaan (Planning)
1)   Menyusun rencana pembelajaran,
2)   Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar siswa tiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa. Pembagian kelompok dilakukan dengan tingkat kecerdasan menyebar,
3)   Menentukan kolaborasi dengan teman sejawat sebagai pengamat,
4)   Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam siklus diantaranya lembar tes siklus, lembar observasi, jurnal harian siswa, dan skala sikap siswa,
5)   Menyusun lembar kerja siswa,
6)   Merancang soal-soal latihan untuk tugas di rumah sebagai tugas terstruktur.
b.   Tindakan (Acting)
1)   Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa,
2)   Guru menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan,
3)   Guru menyampaikan kompetensi dasar dan menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan,
4)   Guru menjelaskan materi yang akan dibahas atau penyajian kelas,
5)   Guru menginformasikan kepada siswa agar duduk dalam kelompok masing-masing yang telah ditentukan sebelumnya,
6)   Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal pada LKS secara kelompok,
7)   Guru meminta siswa mendiskusikan hasil pemikirannya dalam kelompok,
8)   Guru meminta masing-maslng wakil dari anggota kelompok secara bergiliran untuk menjelaskan hasil kerjanya atau mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan,
9)   Guru memberikan kesimpulan akhir dari diskusi kelas,
10)    Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal untuk mengetahui kinerja kelompok,
11)    Guru memberikan kuis sesuai dengan indikator yang ditentukan untuk mengetahui kinerja individu,
12)    Guru memberikan pekerjaan rumah atau tugas terstruktur untuk memperdalam pemahaman materi yang diajarkan.

c.    Pengamatan (observing)
1)   Pengamatan terhadap siswa
Pengamatan terhadap siswa dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar oleh observer. Aspek yang diamali meliputi:
-                                                        Perhatian terhadap penjelasan guru.
-                                                        Keantusiasan dalam mengerjakan tugas.
-                                                        Hubungan kerjasama antar siswa.
-                                                        Keberanian mengerjakan soal di depan kelas.
-                                                        Keberanian bertanya.
2)   Pengamatan terhadap guru
Aspek yang diamati meliputi:
-       Menyampaikan tujuan pembelajaran.
-       Memotivasi siswa.
-       Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa/ prasyarat.
-       Menerangkan secara singkat materi pokok dengan jelas.
-                                                        Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar.
-                                                        Membimbing siswa mengerjakan LKS dengan benar.
-       Mendorong dan membimbing dilakukannya keterampilan kooperatif oleh siswa.
-       Memberikan umpan balik yang berupa soal  atau kuis yang disesuaikan dengan indikator pencapaian.
-       Memberi pekerjaan rumah atau tugas terstruktur untuk penalaman pemahaman materi dan ketrampilan memecahkan, mengerjakan soal.

d.   Refleksi (Reflecting)
Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis hasil kerja siswa. Analisis dilakukan untuk mengukur baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada setiap siklusnya kemudian mendiskusikan hasil analisis secara kolaborasi bersama-sama dua guru yang bertugas sebagai observer untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus selanjutnya. Maka pada akhir siklus, aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IX B di SMP Negeri 1 Sukaresmi dapat ditingkatkan.

G. Evaluasi Tindakan
Setelah dilaksanakan pembelajaran pada siklus I dan siklus II, dilakukan evaluasi keseluruhan tindakan, serta penyempurnaannya kegiatan ini diantaranya;
1.    Memeriksa kembali hasil data yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan  dengan menganalisis data yang sudah terkumpul baik data yang bersifat kualitatif maupun data yang bersifat kuantitatif, dengan cara:
1)   Menganalisis tabel hasil observasi aktivitas siswa dan guru selama siklus tindakan berlangsung.
2)   Menganalisis respon siswa baik melalui skala sikap, jurnal, maupun observasi terhadap pembelajaran matematika materi kesebangunan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3)   Menganalisis dan merefleksi keseluruhan tindakan yang dilakukan.
4)   Menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi tentang implementasi pembelajaran matematika dengan menggunakan model STAD.
2)   Pengumpulan Dan Pengolahan Data
Pada penelitian ini bersifat kualitatif karena dilaksanakan untuk meningkatkan prestasi siswa dan kualitas proses belajar mengajar, sehingga data yang diperoleh berupa skala sikap, jurnal, lembar observasi, dan tes dianalisis secara deskriptif. Dari hasil analisis tersebut diperoleh temuan yang akan dibahas dan dibuat kesimpulannya. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.    Menganalisis Ketuntasan Belajar
Suatu kelas disebut telah tuntas belajarnya bila kelas tersebut telah mencapai nilai  ≥75. Untuk Menghitung prosentase  ketuntasan belajar secara klasikal untuk setiap tes siklus tindakan digunakan rumus berikut:
Selain menghitung prosentase ketuntasan belajar secara klasikal untuk setiap tes siklus tindakan juga diperoleh analisis prestasi belajar. Prestasi belajar siswa dapat diketahui dari hasil perolehan nilai pada tes akhir siklus. Siswa dikatakan prestasinya baik jika memperoleh nilai diatas KKM. Hal ini dapat diketahui dari daftar nilai tes akhir siklus.
2.    Menganalisis Tingkat penguasaan materi
Penguasaan  siswa terhadap materi untuk setiap siklusnya dapat dibedakan menjadi tingkat penguasaan tinggi, tingkat  penguasaan rendah, tingkat penguasaan rata-rata. Adanya peningkatan rata-rata siswa untuk tiap siklusnya menunjukkan hal yang positif karena akan meningkatkan prosentase ketuntasan dan penguasaan materi untuk setiap siklusnya.
3.    Menganalisis Jurnal Siswa
Menganalisis jurnal siswa dengan mengelompokkan kesan siswa ke dalam kelompok siswa yang berpendapat positif dan siswa yang berpendapat negatif. Analisis jurnal siswa untuk mengetahui aktivitas siswa dikelas terhadap pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Untuk menghitung prosentase pendapat positif atau negatif dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
MP = å siswa yang responnya positif  x 100%
                    å Seluruh siswa

4.    Menganalisis Skala Sikap (Angket)
Menghitung prosentase respon/tanggapan siswa menurut Skala Guttman setuju dengan skor (1) dan tidak setuju dihitung dengan skor (0) maka prosentase jawaban siswa dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
P =  x 100%                 P = Prosentase Jawaban Siswa
                                       N = Frekwensi Jawaban Masimal
                                       F = Frekwensi Jawaban Responden

Untuk mengetahui bahwa siswa setuju dan termotovasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD jika perolehan prosentase setuju ≥ 75% serta perolehan prosentase setuju < 75% siswa tidak setuju atau tidak ada motivasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
5.    Menganalisis lembar Observasi
Lembar observasi kegiatan siswa dan kegiatan guru yang telah diperoleh dihitung, diinterprestasikan dalam kategori ya dan tidak untuk setiap aktivitas selama kegiatan pembelajaran berlangsung serta efektifnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
6.    Menyimpulkan data.
Langkah penyimpulan hasil penelitian dilihat dari prosentase motivasi positif dari jurnal siswa, dan sikap siswa/ aktivitas siswa  terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif  tipe STAD yang diperoleh dari skala sikap siswa serta prosentase ketuntasan belajar setiap siklus. Indikator keberhasilan tindakan  untuk aspek motivasi, sikap  siswa atau respon terhadap model pembelajaran tipe STAD dan ketuntasan belajar siswa/ pretasi belajar siswa dapat diukur dengan cara berikut:
·         Motivasi Positif= Prosentase Respon Positif Siklus II – Prosentase Respon positif Siklus I
·         Prestasi belajar siswa= Prosentase kekuntasan Siklus II – Prosentase Ketuntasan  Siklus I
·         Jika dari selisih motivasi positif ada kenaikan maka respon siswa dan aktivitas siswa terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam materi Kesebangunan dapat  diterima.
·         Jika Selisih prosentase ketuntasan  siklus I, Siklus II ada peningkatan maka penerapan model pemeblajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatakan prestasui belajar siswa dalam kosep Kesebangunan dan dapat dibuktikan serta diterima.









BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Penelitian
1.    Tahap Orientasi Kelas
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sukaresmi sekolah ini beralamat  Jln. Mariwati Km 8 Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur. SMP Negeri 1 Sukaresmi termasuk sekolah terbesar di Kecamatan Sukaresmi dengan jumlah siswa 1116 dan membawahi tiga Cerdas Seatap (CSA), tenaga pengajar 80% sesuai dengan bidang yang diampu.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IX B yang terdiri dari 43 siswa dengan jumlah siswa perempuan 23 orang dan siswa laki-laki 20 orang.Tingkat kemampuan belajar matematika di kleas IX B heterogen. Berdasarkan nilai yang diperoleh dari tes sebelumnya menujukkan bahwa kemampuan dan motovasi belajar matematika pada umumnya  di kelas ini menunjukan kelas yang tingkat kemampuan dan motivasi belajar matematikanya rendah dan tidak memuaskan. Prestasi belajar di kelas IX B ini masih rendah karena jumlah siswa yang mencapai  nilai diatas KKM yang ditetapkan masih sedikit. KKM pada semester ganjil mata pelajaran matematika 75 hasil kumulatif perhitungan KKM dari kompetensi dasar yang terdapat pada semester ganjil.


Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diuraikan maka pada di kelas IX B perlu adanya tindakan yang bervariatif sehingga perolehan prestasi belajar siswa meningkat maka peneliti mengambil sikap bahwa pada kesebangunan semester ganjil ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) agar pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan KKM. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) salah satu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatakan aktivitas belajar siswa karena dengan model pembelajaran ini siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kinerja kerja kelompok, bertanggung jawab, meningkatkan kinerja individu sehingga prestasi belajar akan meningkat.
2.    Hasil  Tindakan Siklus I
a.    Perencanaan
a)    Menyusun perencanaan langkah-langkah penelitian yang akan dilaksanakan bersama dengan guru serumpun agar guru serumpun yang bertugas sebagai observer mengatahui dan memahami langkah-langkah penelian pembelajaran dengan model STAD.
b)   Menentukan materi yang akan dijadikan materi atau tsandar kompetensi yang dijadikan bahan penelitian. Materi yang dijadikan bahan penelitian adalah “Kesebangunan” karena materi ini termasuk materi yang sulit dimengerti sebagian besar siswa.
c)    Menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pelaksanaan Siklus I yang terbagi menjadi dua pertemuan yaitu pertemuan pertama dengan kompetensi dasar “Mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun” serta pertemuan kedua dengan kompetensi dasar “Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun”. Kompetensi dasar yang dibahas siklus II pertemuan pertama “Mengidintifikasi Sifat-sifat Segitiga Kongruen” dan pertemuan kedua “Menggunakan konsep kesebangunan dalam pemecahan masalah”.
d)   Mengembangkan format evaluasi yang berupa tes akhir siklus dengan bentuk soal uraian berstruktur bertujuan untuk melihat proses pemikiran langkah demi langkah.
e)    Menyusun Lembar Kerja yang berupa soal-soal yang akan diselesaikan oleh tiap kelompok dan menyusun kuis untuk mengukur peningkatan individu .
f)    Mengembangkan format observasi pembelajaran yang terdiri dari  observasi kegiatan guru dan observasi kegiatan siswa selama kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran tipe STAD.
g)   Menyusun Jurnal siswa dan angket skala sikap untuk mengetahui respon dan pendapat siswa terhadap pembelajaran dengan model tipt STAD.
b.   Pelaksanaan Tindakan
Sesuai dengan rencana, pembelajaran matematika dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.  Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan sebagai berikut:
1.    Pelaksanaan pembelajaran Siklus I terdiri dua pertemuan yaitu  pertama dilaksanakan hari Senin tanggal  26 Juli 2010 dan pertemuan kedua hari Rabu tanggal 28 Juli 2010.
2.    Pembelajaran pada siklus I terdiri dari dua pertemuan waktu yang disediakan adalah 4 x 40 menit untuk penyajian materi, satu kali pertemuan 2 x 40 menit untuk mengadakan tes siklus I. Kompetensi dasar yang disampaikan pada pertemuan kesatu adalah “Mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun” sedangkan kompetensi dasar yang dibahas pada pertemuan kedua “ mengidentifikasi sifat-sifat segitiga sebangun”.
3.    Membagi kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 s.d. 5 siswa yang heterogen dari tingkat kemampuan tinggi hingga rendah dan jender.
4.    Langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
a.    Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.
b.    Guru menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan.
c.    Guru menyampaikan kompetensi dasar dan menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan serta langkah-langkah penyajian kelas, diskusi kelompok, presentasi, kuis.
d.   Guru menjelaskan materi  atau penyajian kelas dengan kompetensi dasar pertemuan pertama”mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun”, sedangkan pertemuan kedua” Mengidentifikasi sifat-sifat dua segitiga sebangun” .
e.    Guru menginformasikan kepada siswa agar duduk dalam kelompok masing-masing yang telah ditentukan sebelumnya.
f.     Guru membagikan LKS 1 untuk pertemuan pertama LKS 2 untuk pertemuan kedua dan meminta siswa untuk mengerjakan soal pada LKS secara kelompok guru bertindak sebagai fasilitator membimbing dan membantu kepada siswa yang mengalami kesulitan.
g.    Guru meminta siswa menjelaskan atau mempresentasikan hasil pemikirannya dalam kelompok kepada anggota kelompok.
h.    Guru meminta masing-masing wakil dari anggota kelompok secara bergiliran untuk menjelaskan hasil kerjanya atau mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan.
i.      Guru memberikan kesimpulan akhir dari diskusi kelas dan memberikan penguatan atau penegasan.
j.      Guru memberikan kuis 1 untuk pertemuan pertama dan kuis 2 untuk pertemuan kedua yang disesuai dengan indikator yang ditentukan untuk mengetahui kinerja individu, dalam kuis siswa disarankan tidak bertanya atau bekarjasama sengan siswa lain.
k.    Guru memberikan pekerjaan rumah atau tugas terstruktur untuk memperdalam pemahaman materi yang diajarkan.
l.      Pada akhir siklus I guru menginfomasikan individu dan kelompok yang terbaik dan siswa agar mengisi jurnal dan angket skla sikap untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pada siklus

c.    Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Sudent Teams Achievement Divisions (STAD). Observasi dilakukan oleh peneliti dan rekan serumpun sebagai observer.
Hasil pengamatan siklus I oleh dua observer, didapatkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), guru telah merapkannya sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD tentang kesebangunan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer, masih terdapat siswa yang tidak aktif dan respon, sikap siswa terhadap model pembelajaran STAD terhadap materi yang diajarkan. Masalah lain yang didapat dari pengamatan observer adalah pada awal pembelajaran ada beberapa siswa yang bergurau pada saat diskusi berlangsung sehingga pembelajaran menjadi kurang optimal.
Berikut adalah tabel analisis hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD).

Tabel 4.1
Motivasi Siswa Siklus I

Jenis Motivasi
Jumlah
Prosentase
Positif
28
65%
Negatif
15
35%

Dari tabel 4.1 tentang motivasi siswa yang diambil dari jurnal siswa pada akhir siklus, jika disajikan dalam bentuk grafik seperti grafik 4.1 berikut;







Grafik 4.1
Prosentase Motivasi Siswa Siklus I

          Hasil yang didapat dari observasi selain dari jurnal siswa juga didapat dari angket skla sikap. Berikut sikap siswa terhadap kegiatan belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) seperti tersajikan dalam tabel 4.2.




Tabel 4.2
Sikap Siswa Terhadap Kegiatan Belajar dengan
Model Pembelajaran Tipe STAD pada Siklus I

Jenis Sikap
Prosentase
Setuju
67%
Tidak Setuju
33%

Dari tabel 4.2 tentang sikap siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang didapat dari angket skala sikap siswa. Hasil tersebut jika disajikan dalam grafik seperti tampak pada grafik 4.2 berikut;











Grafik 4.2
Prosentase Sikap Siswa Terhadap Model Pembelajaran Tipe STAD

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 tentang motivasi siswa, aktivitas dari jurnal siswa terdapat 63% siswa yang bermotivasi positif atau aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran menunjukan bahwa aktivitas siswa pada siklus I berkategori sedang.Skala Sikap siswa yang mencerminkan sikap siswa setuju atau tidak setuju dengan model pembelajaran tipe STAD menunjukkan 67% setuju dan 33% tidak setuju hal ini berarti sikap siswa pada umumnya belum merespon setuju karena masih belum mengenal pembelajaran model STAD ini. Data ketuntasan belajar  pada Siklus I dapat di sajikan dalam tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Nilai Siklus I

NO
NAMA
KKM
NILAI
KETERANGAN
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
1
Ade Setia Saputra
75
50

2
Ai Nur Azizah
75
75

3
Ali Multia Nurdin
75
70

4
Ana Sugiarti
75
60

5
Ari Sopian
75
78

6
Aryanti Rano Pandini
75
40

7
Bapo Calypso
75
78

8
Butet Iis Tamara Gaol
75
78

9
Christian Febrianto L
75
40

10
Darania okthia Dewi
75
78

11
Dede Wahyudi
75
75

12
Dewi
75
78

13
Diki Trian anugrah
75
40

14
Dominika Widya A
75
80

15
Endra Gunawan
75
60

16
Firas Cahya Syahadah
75
30

17
Fitriyani
75
78

18
Heru Kuswanto
75
75

19
Hilda Widianingsih
75
78

20
Iqbal Ssaepul
75
50

21
Ismi Wulandari
75
78

22
Lisda Nurohmah
75
78

23
M. Dede Riandi
75
50

24
Mike Aqshani
75
78

25
Moch. Abdul Azis
75
30

26
Muhamad Hasanudin
75
50

27
Muhamad Randiyawan
75
78

28
Neng Siti Nurjanah
75
75

29
Nur Apriani
75
78

30
Oki Abdul Muiz
75
75

31
Pera Apriani
75
78

32
Redi
75
40

33
Reni Pratiwi
75
75

34
Risma Salaswati
75
50

35
Rizki Mubarok
75
40

36
Sandi
75
40

37
Sindi Febria
75
78

38
Siti Nisa Rachmawati
75
78

39
Siti Umayah
75
80

40
Sunarti
75
78

41
Supriadin
75
50

42
Winda Fitriani
75
78

43
Yuli Wijayanti
75
78

Jumlah

2804
26
17
Rata-rata

65,2


% Tuntas


61

% Tidak Tuntas



39
Tertinggi

80


Terendah

30



Data ketuntasan siswa pada siklus I dapat disajikan dalam Grafik 4.3 berikut:











Grafik 4.3
Prosentase Ketuntasan Siklus I


Memperhatikan tabel 4.3 dan grafik 4.3 tentang ketuntasan hasil belajar siswa siklus I atau prestasi belajar siswa siklus I, terdapat 26  siswa yang nilainya diatas KKM atau 61% dan masih terdapat 17  siswa atau 39% tidak tuntas dari  KKM 75 yang telah ditetapkan. Rata-rata nilai pada akhir siklus I 65,2 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 30. Secara keseluruhan  pembelajaran siklus I ini, masih belum dapat berjalan dengan baik sehingga masih banyak siswa yang belum mencapai nilai sesuai dengan KKM yang telah ditetapkan. Kekurangan di siklus I dijadikan acuan pelaksanaan tindakan siklus II.

d.   Refleksi
Selama siklus I terdapat beberapa kendala dan permasalahan yang muncul selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berlangsung, hal tersebut disimpulkan dari hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran selama siklus I berlangsung, hasil diskusi kelompok dalam menyelesaikan LKS, nilai kuis pada setiap pertemuan, prosentase ketuntasan/prestasi belajar siswa pada tes akhir siklus yang belum memenuhi KKM yang telah ditetapkan,. Permasahan tersebut antara lain disebabkan karena:
1)   Siswa belum menggunakan kesempatan diskusi untuk bercanda dengan teman, sehingga mereka tidak dapat menyelesaikan LKS tepat waktu. Hal ini diatasi dengan pemberian penjelasan tentang waktu maksimal yang digunakan saat diskusi kelompok dan memberi peringatan kepada siswa yang bercanda.
2)   Ada kalimat yang sulit dipahami oleh siswa dalam LKS yang diberikan. Hal ini diatasi dengan memeberikan penjelasan kepada siswa tentang maksud pertanyaan dalam LKS.
3)   Masih terdapat siswa yang kurang memahami materi maupun soal yang diberikan. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan soal kuis setiap pertemuan, nilai yang diperoleh siswa belum maksimal dan belum terluhat peningkatan prestasi pada sebagian besar siswa. Berikut tabel 4.4 nilai kuis 1 dan kuis 2.
Tabel 4.4
Nilai Kuis 1 dan Kuis 2 Siklus I
No
Rentang Nilai
Kuis 1
Kuis 2
1
0,00 – 20,00
-
-
2
20,01 – 40,00
8
5
3
40,01 – 60,00
15
14
4
60,01 – 80,00
17
18
5
80,01 – 100,00
3
6






4)   Test akhir siklus I dilakukan dengan tujuan untuk mengukur prestasi siswa dalam kemampuan menyelesaikan soal matematika. Nilai ketuntasan siswa pada test akhir siklus I mencapai 61% yang nilainya mencapai KKM atau 26 siswa yang nilainya mecapai KKM dan 39% atau 17 siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang sudah ditetapkan. Nilai rata-rata test akhir siklus I 65,2 dengan nilai tertinggi 80, nilai terendah 30. Rendahnya nilai yang diperoleh siswa dikarenakan lemah dalam kompetensi menghitung, dan operasi aljabar sebagai prasyarat materi kesebangunan.



3.    Hasil Tindakan Siklus  II
a.    Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I maka pada siklus II telah dibuat beberapa tindakan untuk memperbaiki dan mengurangi kendala yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran siklus I. Pada siklus II kompetensi dasar yang dibahas pertemuan pertama adalah “Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga kongruen” sedangkan pertemuan kedua kompetensi dasar yang dibahas adalah “ Menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam memecahkan masalah”. Untuk pelaksanaan pembelajaran siklus II berjalan lebih baik maka peneliti.
a)    menyiapkan dan menyususun RPP pertemuan pertama dengan kompetensi dasar “ Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga kongruen” dan pertemuan kedua dengan kompetensi dasar “ menggunakan konsep kesebangunan segitiga dalam pemecahan masalah”.
b)   Menyusun LKS yang disesuaikan dengan indikator pencapaian pada RPP yang disusun.
c)    Menyusun Soal kuis yang disesuikan dengan indikator pencapain pada RPP yang telah disusun.
d)   Menyusun Jurnal siswa untuk mengetahui motivasi dan aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif STAD.
e)    Menyusun angket skala sikap siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
f)    Menyusun dan mengembangkan alat evaluasi atau test siklus II untuk mengetahui ketercapaian prestasi/ ketuntasan perorangan dan klasikal setelah menerima tindakan siklus II.

b.   Pelaksanaan
Berdasarkan rencana yang telah disusun, pembelajaran matematika pada siklus II dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.  Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan sebagai berikut:
1.    Pelaksanaan pembelajaran Siklus II terdiri dua pertemuan yaitu  pertama dilaksanakan hari Rabu tanggal 4 Agustus 2010 dan pertemuan kedua hari Senin tanggal 9 Agustus 2010.
2.    Pembelajaran pada siklus II terdiri dari dua pertemuan waktu yang disediakan adalah 4 x 40 menit untuk penyajian materi, satu kali pertemuan 2 x 40 menit untuk mengadakan tes siklus II. Kompetensi dasar yang dibahas pada pertemuan kesatu adalah “Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga kongruen” sedangkan pertemuan kedua  kompetensi dasar yang dibahas adalah “menggunakan konsep kesebangunan dan kongruen segitiga dalam pemecahan masalah”
3.    Langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
a)    Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa berdoa untuk kelancaran proses pembelajaran.
b)   Guru menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan.
c)    Guru menyampaikan kompetensi dasar dan menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan serta langkah-langkah penyajian kelas, diskusi kelompok, presentasi, kuis dan menginfomasikan diakhir siklus akan dirikan penghargaan kepada kelompok-kelompok yang berprestasi.
d)   Guru menjelaskan materi atau penyajian kelas dengan kompetensi dasar pertemuan pertama”mengidentifikasi sifat-sifat segitiga sebangun”, sedangkan pertemuan kedua” Menggunakan konsep kesebangunan dan kongruen segitiga dalam pemecahan masalah” .
e)    Guru menginformasikan kepada siswa agar duduk dalam kelompok masing-masing yang telah ditentukan sebelumnya.
f)    Guru membagikan LKS 3 untuk pertemuan pertama, LKS 4 untuk pertemuan kedua  dan meminta siswa untuk mengerjakan soal pada LKS  secara kelompok guru bertindak sebagai fasilitator membimbing dan membantu kepada siswa yang mengalami kesulitan.
g)   Guru meminta siswa menjelaskan atau mempresentasikan hasil pemikirannya dalam kelompok kepada anggota kelompok.
h)   Guru meminta masing-masing wakil dari anggota kelompok secara bergiliran untuk menjelaskan hasil kerjanya atau mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan.
i)     Guru memberikan kesimpulan akhir dari diskusi kelas dan memberikan penguatan atau penegasan.
j)     Guru memberikan kuis 1 untuk pertemua pertama dan kuis 2 untuk pertemuan kedua yang disesuai dengan indikator yang ditentukan untuk mengetahui kinerja individu, dalam kuis siswa disarankan tidak bertanya atau bekarjasama sengan siswa lain.
k)   Guru memberikan pekerjaan rumah atau tugas terstruktur untuk memperdalam pemahaman materi yang diajarkan.
l)     Pada akhir siklus II guru menginfomasikan individu dan kelompok yang terbaik dan siswa agar mengisi jurnal dan angket skala sikap untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pada siklus II.

c.    Observasi
Berdasarkan hasil observasi dari observer bahwa pembelajaran telah terlaksana sesuai dengan yang direncanakan dan berjalan dengan baik. Pada saat diskusi kelompok berlangsung, jika salah satu anggota kelompok bisa memahami masalah pada soal yang diberikan, maka siswa tersebut membantu anggota yang lain untuk menjelaskan permasalahan yang dihadapi. Beberapa kelompok telah memanfaatkan waktu yang diberikan untuk melakukan diskusi dengan anggota kelompoknya.
Berikut adalah tabel analisis hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siklus II .
Tabel 4.5
Motivasi Siswa Siklus II

Jenis Motivasi
Jumlah
Prosentase
Positif
36
84%
Negatif
7
16%

Dari tabel 4.5 tentang motivasi/ aktivitas siswa terhadap proses belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang diambil dari jurnal siswa pada akhir siklus, maka prosentase motivasi/ aktivitas siswa pada siklus II dapat disajikan dalam grafik seperti grafik 4.4 berikut;












Grafik 4.4
Prosentase Motivasi/Aktivitas Siswa Siklus II

                        Hasil yang didapat dari observasi selain dari jurnal siswa juga didapat dari angket skala sikap. Berikut sikap siswa terhadap kegiatan belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) seperti tersajikan dalam tabel 4.6.

Tabel 4.6
Sikap Siswa Terhadap Kegiatan Belajar dengan
Model Pembelajaran Tipe STAD pada Siklus II

Jenis Sikap
Prosentase
Setuju
86%
Tidak Setuju
14%

Dari tabel 4.6 tentang sikap siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus II yang didapat dari angket skala sikap siswa. Hasil tersebut jika disajikan dalam grafik seperti tampak pada grafik 4.5 berikut;








Grafik 4.5
Prosentase Sikap Siswa Siklus II

Berdasarkan Tabel 4.6 dan Grafik 4.5 tentang motivasi siswa, aktivitas dari jurnal siswa terdapat 84% siswa yang bermotivasi positif atau aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran menunjukan bahwa aktivitas siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang siqnifikan dari prosentase motivasi/aktivitas siswa siklus I, hal ini menujukan bahwa sebagian besar termotivasi positif atau beraktivitas baik dalam proses belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Skala Sikap siswa yang mencerminkan sikap siswa setuju atau tidak setuju dengan model pembelajaran tipe STAD pada siklus II menunjukkan 86% setuju dan 14% tidak setuju seperti disajikan dalam tabel 4.6 dan grafik 4.5, hal ini berarti sikap siswa pada umumnya sudah menujukkan respon setuju dengan model pembelajara kooperatif tipe STAD dan sebagian besar siswa merasa senang mengikuti proses pembelajaran. Data ketuntasan belajar  pada Siklus II dapat di sajikan dalam tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Nilai Siklus II

NO
NAMA
KKM
NILAI
KETERANGAN
TUNTAS
TIDAK TUNTAS
1
Ade Setia Saputra
75
75

2
Ai Nur Azizah
75
78

3
Ali Multia Nurdin
75
75

4
Ana Sugiarti
75
75

5
Ari Sopian
75
80

6
Aryanti Rano Pandini
75
50

7
Bapo Calypso
75
85

8
Butet Iis Tamara Gaol
75
80

9
Christian Febrianto L
75
60

10
Darania okthia Dewi
75
85

11
Dede Wahyudi
75
78

12
Dewi
75
78

13
Diki Trian anugrah
75
75

14
Dominika Widya A
75
90

15
Endra Gunawan
75
75

16
Firas Cahya Syahadah
75
40

17
Fitriyani
75
80

18
Heru Kuswanto
75
78

19
Hilda Widianingsih
75
80

20
Iqbal Ssaepul
75
80

21
Ismi Wulandari
75
85

22
Lisda Nurohmah
75
80

23
M. Dede Riandi
75
70

24
Mike Aqshani
75
85

25
Moch. Abdul Azis
75
50

26
Muhamad Hasanudin
75
75

27
Muhamad Randiyawan
75
85

28
Neng Siti Nurjanah
75
78

29
Nur Apriani
75
80

30
Oki Abdul Muiz
75
80

31
Pera Apriani
75
80

32
Redi
75
60

33
Reni Pratiwi
75
75

34
Risma Salaswati
75
75

35
Rizki Mubarok
75
75

36
Sandi
75
60

37
Sindi Febria
75
78

38
Siti Nisa Rachmawati
75
80

39
Siti Umayah
75
90

40
Sunarti
75
78

41
Supriadin
75
75

42
Winda Fitriani
75
78

43
Yuli Wijayanti
75
78

Jumlah

3247
36
7
Rata-rata

75,5


% Tuntas


84

% Tidak Tuntas



16
Tertinggi

90


Terendah

40


Data ketuntasan siswa pada siklus II dapat disajikan dalam Grafik 4.6 berikut:












Grafik 4.6
Prosentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

Memperhatikan tabel 4.7 dan grafik 4.6 tentang ketuntasan hasil belajar siswa siklus II atau prestasi belajar siswa siklus II, terdapat 36  siswa yang nilainya diatas KKM atau 84% dan  7 siswa atau 14% tidak tuntas dari  KKM 75 yang telah ditetapkan. Rata-rata nilai pada akhir siklus II 75,5 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 40. Secara keseluruhan  pembelajaran siklus II ini, menunjukkan peningkatan jumlah dan prosentase ketuntasan atau prestasi belajar siswa . Hal ini terbukti bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran kooperatif type Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar yang signifikan.
d.   Refleksi
Refleksi dilakukan oleh peneliti dengan rekan guru satu rumpun sebagai observer setelah pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berkhir. Dari refleksi menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II relatif lebih baik dari pada pelaksanaan pembelajaran siklus I. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan rata-rata nilai kuis pada tiap pertemuan. Berikut tabel nilai kuis 1 dan kuis 2.
Tabel 4.8
Nilai kuis 1, dan kuis 2  Siklus II

No
Rentang Nilai
Kuis 1
Kuis 2
1
0,00 – 20,00
-
-
2
20,01 – 40,00
5
4
3
40,01 – 60,00
15
12
4
60,01 – 80,00
17
19
5
80,01 – 100,00
6
8
Jumlah siswa
43
43

Melihat tabel 4.8  lebih aktif dalam menyampaikan jawaban kuis dengan baik dibanding pada siklus I.
                        Test akhir siklus II dilaksanakan bertujuan untuk mengukur peningkatan prestasi siswa dan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Pada test siklus II ini sebagian besar siswa telah menjawab dengan memberikan langkah-langkah yang benar dan perhitungan yang tepat serta lengkap.
                        Dari hasil test akhir siklus II, sebagian besar siswa sudah dapat menyelesaikan soal dengan benar. Hasil test menunjukkan adanya peningkatan prosentase pada semua aspek. Prosentase ketuntasan belajar siswa atau prestasi belajar meningkat dibanding dari siklus I. Pada test akhir siklus II diperoleh nilai tertinggi 90, nilai terendah 40 dengan rata-rata 75,5 sedangkan prosentase ketuntasan belajar,  prestasi belajar siswa 84%  yang nilainya ≥75 atau 36 siswa, dan 16% yang nilainya <75 7="7" atau="atau" bahwa="bahwa" dengan="dengan" hal="hal" i="i" kooperatif="kooperatif" matematika="matematika" menujukkan="menujukkan" model="model" pembelajaran="pembelajaran" siswa.="siswa." tersebut="tersebut" tipe="tipe">Student Teams Achievement Divisions
(STAD) dapat meningkatkan aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa yang siqnifikan. 
B.  Pembahasan
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Aachievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas atau motivasi siswa dalam belajar matematika dan prestasi belajar siswa terbukti naiknya ketuntasan belajar siswa pada konsep kesebangunan.
          Respon siswa terhadap pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada Konsep Kesebangunan yang didapat dari jurnal siswa setiap siklus  mencerminkan bahwa sebagian besar siswa termotivasi untuk belajar dan saling bekerjasama serta berani untuk bersaing untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik.
Berdasarkan hasil dari jurnal siswa yang diberikan setiap akhir siklus untuk mengetahui respon siswa dan motivasi serta aktivitas siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Sudent Teams achievement Divisions (STAD). Berikut dapat disajikan hasil motivasi atau aktivitas siswa dari jurnal siswa pada siklus I dan II seperti tabel 4.9 serta grafik 4.7

Tabel 4.9
Prosentase Motivasi/Aktivitas Siswa Siklus I, Siklus II

No
Jenis Motivasi
Siklus I
Siklus II
1
Positif
65%
84%
2
Negatif
35%
16%
Jumlah
100%
100%

Prosentase Motivasi atau aktivitas siswa siklus I, siklus II jika disajikan dalam grafik 4.7 berikut:









Grafik 4.7
Prosentase Aktivitas/Motivasi Siswa Siklus I dan Siklus II

Dari tabel 4.9  dan grafik 4.7 terlihat ada peningkatan aktivitas siswa atau motivasi siswa siklus I dan siklus II yang siqnifikan. Kenaikan prosentase yang jenis komentar siswa yang positif dalam jurnal siswa mencapai 19%, sedangkan penurunan komentar siswa yang negatif juga mencapai 19%. Hal ini terbukti bahwa sebagian besar siswa sampai akhir siklus II semakin senang dan serius dalam proses belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Berikut ini disajikan hasil analisis skala sikap menggunakan skala Guttman dengan dua macam alternatif  jawaban, masing-masing Setuju dan tidak setuju, untuk yang setuju mempunyai skor 1 dan yang tidak setuju skornya 0. Jumlah pernyataan di skala sikap seluruhnya adalah 30 pernyataan. Dalam analisis skla sikap ini diambil prosentase tiap-tiap alternatif jawaban, seperti tersajikan dalam tabel 4.10 dan grafik 4.8 berikut:
Tabel 4.10
Prosentase Sikap Siswa Terhadap Kegiatan Belajar dengan
Model Pembelajaran Tipe STAD Siklus I dan Siklus II

Jenis Sikap
Siklus I
Siklus II
Setuju
67%
86%
Tidak Setuju
33%
14%
Jumlah
100%
100%

   Prosentase sikap siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siklus I, siklus II jika disajikan dalam grafik 4.8 berikut:














Grafik 4.8
Prosentase Sikap Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Dari tabel 4.10  dan grafik 4.8 terlihat ada peningkatan yang cukup siqnifikan dari sikap siswa terhadap proses belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I dan siklus II. Kenaikan prosentase sikap siswa setuju dengan model pembelajaran STAD yang diperoleh dari angket skala sikap mencapai 19%, sedangkan penurunan sikap siswa tidak setuju juga mencapai 19%. Hal ini terbukti bahwa sebagian besar siswa sampai akhir siklus II semakin senang dan antusias dalam proses belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Berdasarkan hasil test ahkir siklus yang dilakukan pada Siklus I, Siklus II menunjukkan peningkatan prosentase ketuntasan belajar pada konsep kesebangunan di kelas IX B seperti terlihat dalam table 4.11  dan grafik 4.9 berikut;

Tabel 4.11
 Ketuntasan Belajar/ Prestasi Belajar Siklus I dan Siklus II
Jumlah Siswa
Siklus I
Siklus II
Tuntas
26
36
Tidak Tuntas
17
7
Jumlah
43
43






Hasil ketuntasan hasil belajar atau prestasi belajar siswa siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam bentuk grafik 4.9 berikut:






Grafik 4.9
Ketuntasan/Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Dari tabel dan grafik ketuntasan hasil belajar atau prestasi belajar siswa pada siklus I, siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan, pada siklus I jumlah siswa yang tuntas 26 siswa dan jumlah siswa yang nilainya tidak tuntas  17 sedangkan pada siklus II terdapat 36 siswa yang tuntas, 7 siswa tidak tuntas. Hal tersebut membuktikan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa 
Selain tabel dan grafik keaktifan belajar/ motivasi belajar siswa, Sikap siswa terhadap model pembelajaran STAD dan ketuntasan hasil belajar, prestasi belajar siswa maka  peneliti dapat menyajikan tabel 4.12 dan grafik 4.10 adalah tabel dan grafik  rata-rata hasil belajar siswa siklus I dan siklus II.
Tabel 4.12
Rata-rata hasil test siklus I, siklus II
No
Kegiatan
Rata-Rata
1
Siklus I
65,2
2
Siklus II
75,5





Rata-rata hasil test siswa dari siklus I sampai dengan akhir siklus II dapat disajikan dalam grafik 4.10 berikut:








Grafik 4.10
Rata-rata test  siklus I, siklus II
Berdasarkan hasil penelitian yang terdiri dari dua siklus tersebut menunjukkan peningkatkan aktivitas siswa atau motivasi siswa, prosentase kenaikan prestasi belajar atau ketuntasan belajar siswa, dan rata-rata hasil belajar siswa yang telah disajikan dan diuraiakan pada pembelajaran Matematika konsep kesebangunan dengan model pembelajaran kooperatif type Student Teams Achievement Divisions (STAD).
Hasil pembahasan penelitian dari mulai tes setiap siklus, jurnal harian siswa, dan angket skala sikap siswa  mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas siswa setiap siklus menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas  siswa dan motivasi ssiwa untuk belajar. Hal ini disebabkan karena pembelajaran ini di titik beratkan pada kerjasama dalam kelompok dalam diskusi kelompok memecahkan permasalahan. Kelompok diskusi yang digunakan dalam penelitian ini beranggotakan 4-5 orang siswa. Menurut Slavin yang dikutip oleh Zainal Aqib dam Elham Rohmanto (2007:71) pembelajaran secara berkelompok bertujuan agar siswa dapat lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya. Dari langkah-langkah pembelajaran model STAD maka pada penghargaan terhadap kerja kelompok dilihat dari kerja kelompok disaat berdiskusi, maka ada kelompok super, kelompok baik dan kelompok biasa. Penilaian kelompok dimulai pada waktu diskusi sampai dengan presentasi.
Pembelajaran dimulai dengan memberikan permasalahan terbuka kepada siswa, yaitu peneliti menyajikan LKS yang dibagikan kepada tiap kelompok. Siswa dikondisikan untuk berinteraksi dengan kelompoknya, bekerja sama, dan saling membantu satu sama lain dalam menginteraksikan pengetahuan-pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Selain itu guru selalu memonitor kinerja siswa dalam kelompok. Guru melakukan hal tersebut agar dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menghubungkan masalah-masalah yang ada pada soal dengan pengalaman yang mereka miliki.
Setelah siswa selesai mendiskusikan masalah yang diberikan, maka kegiatan selanjutnya adalah pembahasan atau pesentasi kelas. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka dan menuliskannya pada papan tulis, dengan menulis hasil diskusi kelompok di papan tulis ini maka siswa dapat mengetahui berbagai alternatif jawaban dalam memecahkan suatu masalah, hal ini akan memberi pengetahuan yang lebih kepada siswa.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti simpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif  type Student Teams Achievement Divisions (STAD) selain meningkatkan aktivitas dan motivasi siswa juga meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan demikian hipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yang menyatakan bahwa dengan menggunakan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada konsep kesebangunan, maka prestasi belajar siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Sukaresmi menunjukkan peningkatan yang signifikan dan dapat diterima.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A.  Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian, dan pembahasannya yang terdapat pada bab IV, maka penelian ini yang dilaksanakan di kelas IX B di SMP Negeri 1 Sukaresmi dapat disimpulkan hasil penelitian, sebagai berikut:
1.    Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas  siswa kelas IX B SMP Negeri 1 Sukaresmi. Hal ini terlihat adanya peningkatan aktivitas siswa untuk setiap siklusnya yang dapat diketahui dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa setiap akhir siklus oleh observer.
2.    Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa dan aktivitas terhadap kegiatan guru selama pembelajaran  berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan sehingga dapat menggambarkan bahwa siswa senang  dan termotivasi dalam belajar matematika. Model pembelajaran kooperatif  tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) terbukti dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran matematika pada konsep kesebangunan di kelas IX B. Siswa dengan sungguh-sungguh mengikuti proses pembelajaran mulai dari penyajian kelas, diskusi kelompok, presentasi, kuis, dan penialain kinerja kelompok. Pada umumnya siswa dapat menggunakan waktu yang  tersedia  selama pembelajaran untuk untuk belajar aktif, berani untuk bersaing antar teman dalam kuis dan saling bekerjasama dalam berdiskusi antar siswa, mengemukakan jawaban dalam memperoleh prestasi dalam kelompok.
3.    Respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) menunjukkan respon positif yang didapat dari jurnal siswa setiap siklus, sebagian besar siswa tertarik dan senang dengan pembelajaran model STAD. Sikap dan respon siswa merupakan salah satu potensi untuk menciptakan situasi  belajar yang efektif sehingga pencapaian ketuntasan atau prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika meningkat.
4.    Minat siswa untuk berkompetisi dalam pemahaman materi dapat diketahui dari peningkatan kemampuan menjawab kuis dalam setiap pertemuan. Pada akhir siklus I banyak siswa yang mampu dan berani menjawab kuis dengan benar mencapai 9 orang, serta pada akhir siklus II banyak siswa yang mampu dan berani menjawab kuis dengan benar mencapai 14 orang.
5.    Prestasi belajar siswa  bisa diketahui dari test akhir siklus I dan test akhir siklus II mengalami peningkatan yang siqnifikan, Peningkatan prestasi belajar siswa, peneliti dapat menyimpulkan dari peningkatan prosentase ketuntasan belajar setiap akhir siklus. Peningkatan tersebut dari 67% pada siklus I menjadi 84% pada akhir siklus II, dengan rata-rata dari 65,2 pada siklus I  menjadi 75,5 pada akhir siklus II. 



B.  Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan tersebut, maka peneliti perlu mengemukakan saran yang bertujuan untuk perbaikan pada pembelajaran matematika selanjutnya. Adapun sarannya sebagai berikut:
1.    Bagi Siswa
a.    Dengan model pembelajaran STAD siswa termotivasi untuk bertanggung jawab dalam meningkatkan nilai, mampu bersaing dengan kelompok lain.
b.    Model pembelajaran kooperatif type Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar.
c.    Memperbanyak latihan mengerjakan soal sehingga mempunyai banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai macam soal dan menyelesaikan dengan jelas dan benar.
2.    Bagi Guru
a.    Guru mempunyai pengetahuan dan ketrampilan serta menerapkan pendekatan atau model pembelajaran di sekolah. Sebab dengan  pengetahuan dan kemauan berinovasi dalam penggunaan model pembelajaran, serta memvariasikan kegiatan belajar mengajar maka minat belajar, motivasi belajar serta aktivitas  belajar siswa terhadap pembelajaran matematika akan tumbuh. Penggunaan model pembelajaran yang bervariatif bertujuan untuk menghindari kejenuhan siswa. Salah satunya dari model pembelajaran yang ada adalah model  pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions(STAD).
b.    Model pembelajaran STAD ini dapat dikembangkan dan dipakai pada kompetensi dasar lain serta dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dengan aspek-aspek berbeda.
c.    Penerapan model pembelajaran STAD ini memberi referensi guru bahwa dengan model pembelajaran STAD adalah model yang  melibatkan siswa selalu aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
3.    Bagi Sekolah.
a.    Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) sebagai model pembelajaran alternatif yang digunakan di SMP Negeri 1 Sukaresmi pada mata pelajaran selain matematika dan disesuaikan dengan karakteristik masing-masing karena penerapan model STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa serta prestasi belajar siswa.
b.    Sekolah memberi kesempatan kepada semua guru dalam meningkatkan inovasi dan kemauan untuk menulis penelitian yang dituangkan dalam RKS maupun RAKS.







DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, 1997, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
     Jakarta: PT. Rineka Cipta

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, Kompetensi dan Kompetensi Dasar
     Matematika SMP. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiona, 2002 Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka
     Cipta

Hamalik Omar, 2004, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara

Lie Anita. 2002, Cooperative Learning ; Mempraktikkan Cooperatif Learning
     di Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.

Muslihuddin, 2008, Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas dan
     Sekolah, LPMP Jawa Barat.

Nana Sudjana.1995. Penelitian Hasil Proses Belajar mengajar. Bandung:
     Remaja Rosdakarya.

Nasution, 2004, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,
     Jakarta: Bumi Aksara.

Nunik Avianti Agus,2007,Mudah Belajar Matematika Untuk Kelas IX SMP/MTs, BSE Pusat Perbukuan Depniknas.

Suharsimi Arikunto. 1996. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: PT Raja
     Grafindo Persada.

Sukadi, 2006, Guru Powerful Guru Masa Depan, Bandung: Penerbit Kolbu.

Slavin, Robert E. 2000. Cooperatif learning Theory, Research, and Practice.
          Second Edition. Noedham height: A. Simon and scuster Company.

..................  2008. Cooperatif Learning : Teori, Riset, dan Praktik. Bandung:
     Nusa Media.

Syiful Bahri Djumarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Widyantini. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: PPPPTK Matematika Yogyakarta.

Entri yang Diunggulkan

Praktik Baik tentang Pemanfaatan PMM untuk Guru dan Kepala Sekolah

Berbagi pengalaman pada Komunitas Interen sudah dilakukan setiap hari Selasa. Jika di Komunitas SMPN 3 Cipanas bernama Sebar Karya ( Selasa ...